Rumah Adat Kudus

Rumah adat Kudus merupakan suatu karya seni arsitektur tradisional, terbentuk dari daya cipta masyarakat sebagai perwujudan unsur spiritual yang dicapai melalui estetika, gambaran khas peradaban lokal.


Gaya dan bentuknya berbeda dengan bangunan joglo yang ada di Jawa pada umumnya, terlihat dari ragam hias yang memenuhi seluruh komponen dengan memperhatikan fungsi, struktur, simbolisasi, ritualisasi sebagai suatu ornamen akulturasi kebudayaan dalam wujud rumah tinggal megah, indah dan syarat dengan nilai-nilai luhur.

Secara garis besar rumah adat Kudus adalah joglo pencu yang terdiri dari lima tingkatan. Bancik kapisan ( tingkatan / anak tangga petama ), bancik kapindo ( tingkatan / anak tangga kedua ), bancik katelu ( tingkatan / anak tangga ketiga ), jogo satru dan jogan lebet ( ruangan dalam ).

Karena material utamanya kayu jati maka rumah adat Kudus dibuat completely knock down sehingga mudah dibongkar pasang serta memungkinkan ornamen tiap bagian dapat di ukir secara detail.


Tata ruang rumah adat Kudus adalah jogo satru, jogan lebet dan pakiwan. Jogo satru lebih berfungsi sebagai ruang tamu, luasnya sekitar tiga puluh meter persegi, terdiri dari ruang keluarga sekaligus tempat sholat di bawah joglo, senthong ( kamar tidur) dan gedhongan yang menjadi tempat menyimpan kekayaan, pusaka atau bahkan peraduan pengantin baru.

Sebagai penghubung kedua ruangan yang berbeda ketinggianya digunakan bancik yaitu bangku kayu berukir dengan tinggi setengah meter dan panjang dua meter.
Gebyog sendiri adalah pembatas antara  jogo satru dan jogan lebet. Elemen penguatnya berupa dua tiang penyangga berbentuk cakar ayam yang menghadap keatas.

Ruangan sambungan di sebelah kiri bangunan utama biasa disebut pakiwan, merupakan dapur sekaligus ruang makan keluarga.

Sedangkan konstruksi bangunanya terdiri dari soko guru ( empat tiang penyangga utama ) dan soko geder ( satu tiang penyangga ) yang terletak di jogo satru. Di atas soko guru terdapat tumpang sari berjumlah ganjil ( berjumlah tiga, lima, tujuh,sembilan,sebelas)

Pada awalnya rumah adat Kudus beratap rumbia, tetapi seiring berkembangnya zaman digantikan genteng bermotif  flora, gajah, dan mahkota raja

Daun pintunya memiliki beberapa type yaitu pintu sorong, semacam pintu dari jati yang dapat di dorong, terdapat pada bagian depan jogo satru, dua daun pintu berukir indah,berbentuk kupu tarung pada pintu jogo satru dan pintu gebyok serta satu daun pintu yang terpotong  tengah ( dapat di buka atasnya, bawahnya atau keduanya sekaligus ) pada pintu dapur.

Proses akulturasi arsitektur tradisional khas Kudus merupakan hasil sinergi dengan beberapa kebudayaan seperti terlihat pada ukiran buah nanas terbalik ( motif Islam/Persia ) pada pintu masuk jogan lebet, bunga melati atau sekar rinonce ( motif khas Kudus ) yang berpadu dengan bungai teratai dan padupan ( motif Hindu ) pada lembaran gebyok.Adapun motif Eropa terlihat pada ukiran mahkota yang terdapat di atas  pintu masuk gedhongan, motif sulur-suluran,bejana dan binatang khas Cina ditampilkan  sebagai rangkaian pelengkap.

Sebagai catatan, ukiran pada rumah adat Kudus mempunyai empat dimensi dengan sentuhan yang halus dan sangat indah.
                            
Makna filosofis yang kental sangat terasa pada rumah adat Kudus,menggambarkan keyakinan yang teguh pada Islam,  antara lain :

Bentuk atap pencu, melambangkan tingginya kekuasaan Allah SWT, sehingga penghuni rumah diharuskan senantiasa bersikap tawadhu’ ( rendah hati).

Lima tingkatan, mulai bancik kapisan sampai jogan lebet bermakna bahwa  hidup bersandarkan pada rukun Islam.

Soko geder ( tiang tunggal di ruangan jogo satru ) simbol keesaan Allah SWT.  Mengingatkan untuk berhias dengan iman dan taqwa kepada-Nya.

Soko guru (empat tiang penyangga utama di jogan lebet ) di maknai dengan adanya sifat yang dapat menopang kehidupan manusia yaitu mutma’innah, shofiyyah, nafsiyah, salbiyah.

Dua tiang penyangga gebyok berbentuk cakar ayam terbalik, simbol tangan manusia yang bertakbir menyebut kebesaran Allah SWT,memaknai sholat sebagai tiang agama.

Kamar mandi dan sumur berada di depan rumah melambangkan pentingnya kebersihan jasmani dan kesucian rohani, sebelum memasuki  rumah yang juga berfungsi sebagai tempat 

CARA MERAWAT

Untuk merawat rumah adat Kudus tersedia ramuan khusus, yang telah dipergunakan secara turun-temurun yaitu air pelepah pisang tembakau ( APT ) serta air rendaman cengkeh ( ARC ) yang terbukti efektif untuk mengawetkan, menangkal rayap, membersihkan permukaan ukiran agar terlihat indah.
Caranya, kedua ramuan tersebut cukup dioleskan berulang-ulang ke permukaan ukiran, soko, maupun bagian-bagian lainya, kemudian biarkan hingga kering sendiri.

jika mau membaca dan mendalami rumah joglo bisa baca ini dalam bahasa jawa

Comments

Popular posts from this blog

Omah Joglo dalam bahasa Jawa

Gebyok Joglo